Entahlah aku harus memulainyadari mana. Yg aku tau hanyalah aku
sedang sakit. Aku tertekan atas kejadian dirumah yg menumpuki pikiranku selama
ini dan aku hanya bis aterdiam dan tak mau menceritakannya dengan kekasihku.
Beberapa minggu yg lalu aku sudah menyelesaikan ujian nasional
dan beberapa bulan yg lalu aku telah berulang tahun yg ke-18 dan merayakannya
bersama kekasih hatiku tak lain lagi dia! Nahdli
Dari akhir bulan maret, entahlah apa yg aku rasa. Masih sekitar
tentang rasa keluh kesal yg membebani pikiranku. Seakan cintanya semakin semu
dan tak nyata. Dan berujung pada moodku yg tak setabil. Ya… akhirnya
dikit-dikit marahan dan membesar-besarkan masalah sepele.
Diujung bulan april dimana hari ulang tahunku, akupun merasa
begitu. Aku tak seakan tak percaya jika dia masih menyayangiku seperti dulu. Hadian
special kejutan dll, aku dapatkan saat hari itu. Aku hanya merasa bahagia
sesaat, dan setelahnya seperti biasaanya mood yg ugal-ugalan.
UNAS telah selesai dan rasanya ingin memeluknya erat :’) apa yg
aku pikirkan saat itu hanayalah ingin memeluknya, karna ku tau aku tak mungkin
bisa memeluknya lagi.
Namun disaat aku memeluknya, dia bercerita tentang temannya yg
meminjam uang kepadanya. Hati serentak di buang ke ujung samudera. Nominal yg
cukup besar jika untk anak sekolahan seperti diriku dan dia. Dan apa lagi kita
belum bisa cari uang itu dengan keringat kita sendiri.
Moment yg seharusnya aku bahagia dan bersenang-senang
dipelukannya menjadi sebuah cambuk yg berjajar di punggungku. Kamu terlalu
baik, sayang. Jangan! Kemarahanku memuncak setelah dia selesai bercerita. Ahh dia
tau apa? Dia enggak tau bagaimana susahnya cari uang! Aku yg biasanya membantu
orangtuaku untuk mengerjakan pekerjaannya ternayata susah dan tidak segampang
itu.
Aku membayangakan jika orang tuaku adalah bosnya dan aku hanya
sekedar karyawan. Susah sekali mengerjakannya dan harus benar-benar teliti. Aku
sampai-sampai hati muak karena ocehan orangtuaku sendiri yg memarahiku jika
pekerjaanku salah! Bayangkan, sayang. Aku hanya tak ingin kamu terlalu baik
denga temanmu.
Aku mulai bertanya, jika keadaan berbanding terbalik. Apakah
temanmu masih inging memberikan sedikit uannya untukmu? Apakah mungkin? Tentu jawabannya
TIDAK!!!
Di penghujung bukan april kita sepakat untuk break beberapa
minggu, dan kita bertemu kembali disaat anniversary kita. Susah rasanya melepas
keperginnya. Entah hati, pikiran, dan perkataanku tak sejlan. Hati berkata
jangan. pikiranpun tak tau arah dan berujung ucapan mengatakan “iya, aku setuju”
Hari demi hari detik jam yg berbunyi yg selalu kurasakan ada dia
disampingku namun sekarang tidak. Tiad telah tiada. Entah kemana dan akupun
mulai engan mencarinya. Aku lelah.
Dulu aku sering percaya bahwa cinta butuh tatap mata, butuh
perjumpaan nyata, dan sebuah sentuhan ringan seperti pelukan, kecupan, dan
sedikit bisikan yg menggelitik telingga. Hingga pada akhirya aku lupa akan itu
semua.
Semua terjadi begitu saja, tanpa kita ketahui kelanjutan cerita
cinta kita. Aku tahu ini bodoh! Terlalu banyak perasaan asing yg
menggelayutiku. Ada banyak cerita yg tak mampu aku ingat lagi seperti dulu. Terlalu
rumit untuk diceritakan seakan perasaan itu berlomba-lomba menuju otak dan
mengirim sinyal-sinyal buruk. Hingga bibir kelu dan menebut-nyebut …. Aku cemburu
Mungkin bikin aku jelous adalah hobu baru kamu, entahlah. Kamu selalu
tertawa saat melihat aku seperti itu dan kamu merasa bahagia saat aku seperti
itu. Apakah iya? Tentu saja iya! Kerena terbiasa dengan sapaan kecilmu itu,
ingga kini telah menghilang untuk beberapa minggu. Dan kaupun tergoda denga
wanita lain, tak ada komunikasi. Apakah ini yg disebut cobaan cinta?
Jelaskan padaku apa yg selama ini membuatku masih ingin
bertahan? Jelaskan. Apa yg menyenangkan dengan jarak sejauh ini? Aku tak bisa
menatapmu dan jemariku tak bisa menyentuh keluk wajahmu. Apa yg bisa kita
harapkan dari jarak ribuan kilometer yg memisahkan kita? Ketika rasa rindu yg
menggebu dan kutau kau tak ada disampingku. Sejauh ini kita masih bertahan,
entah mempertahankan apa. Karna yg kurasakan sekarang hanyalah bayangan semu
cintamu dan dirimu yg tak benar-benar nyata.
Aku tak paham saat dingin mencekam kau tak lagi ada untuk
memelukku. Dan juga tak mendekapku dengan hangat. Aku tak lagi mengerti, saat
air mataku terjatuh, dan hanya aku yg mengusapnya. Bukan dirimu yg menghapus
basah dipipi. Aku hanya bisa menatap fotomu dan merapal namamu dalan doa-doa
kecilku. Dan mendengar suaramu dari ujung rekaman suaramu yg dulu perna kau
berikan untuk pengantar tidurku.
Kulakukan semua seakan baik-baik saja. Seakan aku tak terluka. Seakan
tak ada air mata. Dan begitu
meyakinkanmu bahwa tak ada yg salah diantara kita. Dan, apakah kau disana juga
baik-baik saja? Apakah rindu yg kita simpan dalam-dalam akan menemukan titik
temu? Sayang, aku leleah. Pulanglah :’(
Kamu mungkin tertawa, jelas! Cinta, dimata beberapa orang
hanyalah omong kosong y jauh dari nyata. Mungkin sekarang aku termasuk golongan
orang-orang itu. Karna tak ada kepastian yg pasti untuk titik temu hubungan
kita. Kau jenuh karna sikapku dan akupun jenuh karna kita begini-begini saja. Tak
ada yg istimewa lagi seperti dulu. mungkin hanya aku yg tau bagaimana rasanya berjuang, kamu???? apakah juga seperti aku??? entahlah
Indah memang cinta mengubah hitam putih menjadi warna-warni yg
bergemelap di angkasa. Tumpukan kebahagiaan yg semakin menuju sempurna. Semuanya
terasa manis walau terkadang terasa asing. Rasa nyaman itu lama-kelamaan
berubah menjadi rasa takut kehilangan. Dan dengan air mata aku selalu
mendoakan.
Setelah melalui jalan yg cukup panjang. Akirnya kita bertemu,
seakan ingin memeluk namun sikap ini terlanjur kecewa karna perbuatannya yg
keterlaluan di jejaring sosialnya. Kuping yg selama ini memanas karena
omongan-omongan buruk dari banyak orang kini telah padam ketika bertemu,
bertatap muka dan melihat matanya lebih dalam dari biasanya.
Benar kita saling memiliki, benar semua terjadi seakan seperti
mimpi. Dan benar jika semua ini hanyaalah sebuah ilusi. Entah dengan akhir yg
aku sukai ataupun tidak. Tapi bisakah jemarimu hentikan semua rasa keluh
tangisku selama ini? Atau kita hanya parsah untuk keputusan mengakhiri sebuah
hubungan ini? Apakah ada hal yg special yg selalu bisa membuatmu berlari
kepadaku?
Sungguh tragis, miris, ironis. Prihatin terhadap keadaan. Sungguh
aku tak percaya tentang cinta tanda tatapan mata, juga tanpa genggaman tangan. Tapi
mengapa aku sampai saat ini masih takut kehilangan walau sebenarnya kita telah
berpisah sejak beberapa jam yg lalu.
Aku hanya bercanda Tuhan, memang tak sewajarnya disaat seperti ini aku bercanda, aku tak serius dengan ucapanku
beberapa jam yg lalu. Aku hanya ingin memastikan tatapan matanya masih sehangat
dulu dia menatapku, tajam. Hanya itu yg bisa membuat aku percaya lagi jika dia
masih menyayangiku dan cintanya kembali nyata seperti semula. Namun apa daya,
ini hanya sebuah kesalah pahaman belaka. Aku rela Tuhan walau tak ikhlas untuk
melepasnya.
Bolehkan aku mencabut kata-kataku
yg dulu perna kuucap Tuhan? Ingataka engkau tentang ucapanku yg satu ini “jangan
putus dulu yaAllah… aku belum nangis dipundaknya :’(“ kini aku telah menangis
dipundaknya. Apakah kau akan mengambilnya dan tak akan mengembalikannya
disampingku lagi? Ijinkan aku menarik kata-kataku yg itu Tuhan. Terkadang dia
bersikap tak sesuai kata hatinya, dan kadang dia melawan kata hatinya. Dan itupun
aku belum bisa memahami :’)
Tuhan, mengapa dia tak sehangat dan tak serama dulu. Saat dia
bersamaku … saat kita hanya berdua. Cukup
kau tahu, aku tak pernah lelah menghadapi kekuranganmu. Meskipun begini, aku
bangga bisa mencintaimu.